INTEGRASI TIMOR-TIMUR KE INDONESIA
BAB
I
PENDAHULUAN
Timor Timur
merupakan sebuah wilayah bekas koloni portugis
yang dianeksasi oleh militer Indonesia menjadi sebuah provinsi yang pernah
menjadi bagian Indonesia antara 17 Juli 1976 sampai 19 Oktober
1999. Kala itu provinsi ini merupakan provinsi Indonesia yang ke-27. Timor
Timur berintegrasi dengan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah
dijajah selama 450 tahun oleh Portugal. Wilayah provinsi ini meliputi bagian
timur pulau Timor, pulau Kambing
atau Atauro, pulau Jaco
dan sebuah eksklave
di Timor Barat
yang dikelilingi oleh provinsi Nusa Tenggara Timur.
Pada tahun 1975, ketika
terjadi Revolusi Bunga di Portugal dan Gubernur terakhir Portugal di Timor
Leste, Lemos Pires, tidak mendapatkan jawaban dari Pemerintah Pusat di Portugal
untuk mengirimkan bala bantuan ke Timor Leste yang sedang terjadi perang
saudara, maka Lemos Pires memerintahkan untuk menarik tentara Portugis yang
sedang bertahan di Timor Leste untuk mengevakuasi ke Pulau Kambing atau dikenal
dengan Pulau Atauro. Setelah itu FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan
mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada
tanggal 28 November 1975. Menurut suatu laporan resmi dari PBB, selama berkuasa
selama 3 bulan ketika terjadi kevakuman pemerintahan di Timor Leste antara
bulan September, Oktober dan November, Fretilin melakukan pembantaian terhadap
sekitar 60.000 penduduk sipil (sebagian besarnya wanita dan anak2 karena para
suami mereka adalah pendukung faksi integrasi dengan Indonesia). Berdasarkan
itulah, kelompok pro-integrasi kemudian mendeklarasikan integrasi dengan
Indonesia pada 30 November 1975 dan kemudian meminta dukungan Indonesia untuk
mengambil alih Timor Leste dari kekuasaan FRETILIN yang berhaluan Komunis.
BAB II
PERMASALAHAN
A.
permaslahan
1. Latar belakang terjadinya intergarsi timur timor ke
indonesia
2. Upaya yang di lakukan indonesia dalam intergarasi
timor timur ke indonnesia
B. Tujuan masalah
1. Untuk mengetahuai Latar belakang terjadinya intergarsi
timur timor ke indonesia
2. Untuk mengetahui Upaya yang di lakukan indonesia dalam
intergarasi timor timur
BAB III
PEMBAHASAN
A.
Latar Belakang
Inegrasi Timor Tmur Ke Indonesia
Pada tahun 1975, ketika terjadi Revolusi Bunga di Portugal dan Gubernur terakhir Portugal di Timor Leste, Lemos Pires, tidak mendapatkan jawaban dari Pemerintah
Pusat di Portugal untuk mengirimkan bala bantuan ke Timor Leste yang sedang
terjadi perang
saudara, maka Lemos Pires
memerintahkan untuk menarik tentara Portugis yang sedang bertahan di Timor
Leste untuk mengevakuasi ke Pulau Kambing atau dikenal dengan Pulau Atauro. Setelah itu FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan
mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada
tanggal 28 November 1975. Menurut suatu laporan resmi dari PBB, selama berkuasa
selama 3 bulan ketika terjadi kevakuman pemerintahan di Timor Leste antara
bulan September, Oktober dan November, Fretilin melakukan pembantaian terhadap
sekitar 60.000 penduduk sipil (sebagian besarnya adalah pendukung faksi
integrasi dengan Indonesia). Dalam sebuah wawancara pada tanggal 5 April 1977
dengan Sydney
Morning Herald,
Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik mengatakan bahwa "jumlah korban tewas berjumlah 50.000 orang atau
mungkin 80.000". Tak lama kemudian, kelompok pro-integrasi mendeklarasikan
integrasi dengan Indonesia pada 30 November 1975 dan kemudian meminta dukungan
Indonesia untuk mengambil alih Timor Leste dari kekuasaan FRETILIN yang
berhaluan Komunis.
Ketika pasukan Indonesia mendarat di Timor
Leste pada tanggal 7 Desember 1975, FRETILIN didampingi dengan ribuan rakyat mengungsi ke
daerah pegunungan untuk untuk melawan tentara Indonesia. Lebih dari 200.000
orang dari penduduk ini kemudian mati di hutan karena pemboman dari udara oleh
militer Indonesia serta ada yang mati karena penyakit dan kelaparan. Banyak
juga yang mati di kota setelah menyerahkan diri ke tentara Indonesia, namun Tim
Palang
Merah International yang
menangani orang-orang ini tidak mampu menyelamatkan semuanya.Selain terjadinya
korban penduduk sipil di hutan, terjadi juga pembantaian oleh kelompok radikal
FRETILIN di hutan terhadap kelompok yang lebih moderat. Sehingga banyak juga
tokoh-tokoh FRETILIN yang dibunuh oleh sesama FRETILIN selama di Hutan. Semua
cerita ini dikisahkan kembali oleh orang-orang seperti Francisco Xavier do Amaral, Presiden Pertama Timor Lesta yang
mendeklarasikan kemerdekaan Timor Leste pada tahun 1975. Seandainya Jenderal Wiranto (pada waktu itu Letnan) tidak menyelamatkan
Xavier di lubang tempat dia dipenjarakan oleh FRETILIN di hutan, maka mungkin
Xavier tidak bisa lagi jadi Ketua Partai ASDT di Timor Leste Sekarang.
Selain Xavier, ada juga komandan sektor
FRETILIN bernama Aquiles yang dinyatakan hilang di hutan (kemungkinan
besar dibunuh oleh kelompok radikal FRETILIN). Istri komandan Aquilis sekarang
ada di Baucau dan masih terus menanyakan kepada para
komandan FRETILIN lain yang memegang kendali di sektor Timur pada waktu itu
tentang keberadaan suaminya.Selama perang saudara di Timor Leste dalam kurun
waktu 3 bulan (September-November 1975) dan selama pendudukan Indonesia selama
24 tahun (1975-1999), lebih dari 200.000 orang dinyatakan meninggal (60.000
orang secara resmi mati di tangan FRETILN menurut laporan resmi PBB). Selebihnya mati ditangan Indonesia saat dan sesudah
invasi dan adapula yang mati kelaparan atau penyakit. Hasil CAVR menyatakan 183.000 mati di tangan tentara
Indonesia karena keracunan bahan kimia dari bom-bom napalm, serta mortir-mortir.Timor Leste menjadi
bagian dari Indonesia tahun 1976 sebagai provinsi ke-27 setelah gubernur
jendral Timor Portugis terakhir Mario Lemos Pires melarikan diri dari Dili
setelah tidak mampu menguasai keadaan pada saat terjadi perang saudara.
Portugal juga gagal dalam proses dekolonisasi di Timor Portugis dan selalu
mengklaim Timor Portugis sebagai wilayahnya walaupun meninggalkannya dan tidak
pernah diurus dengan baik.
B. Upaya yang di lakukan indonesia dalam
inetgrasi timor timur
Operasi Seroja adalah sandi untuk invasi Indonesia ke Timor Timur yang dimulai pada tanggal 7 Desember 1975. Pihak Indonesia menyerbu Timor Timur karena adanya desakan Amerika Serikat
dan Australia yang
menginginkan agar Fretilin yang
berpaham komunisme tidak
berkuasa di Timor Timur.
Selain itu, serbuan Indonesia ke Timor Timur juga karena adanya kehendak dari
sebagian rakyat Timor Timur yang ingin bersatu dengan Indonesia atas alasan etnik dan sejarah.
Angkatan Darat
Indonesia mulai
menyebrangi perbatasan dekat Atambua tanggal 17 Desember 1975 yang menandai awal Operasi
Seroja. Sebelumnya, pesawat-pesawat Angkatan Udara
RI sudah kerap
menyatroni wilayah Timor Timur dan artileri Indonesia sudah sering menyapu
wilayah Timor Timur.
Kontak langsung pasukan Infantri dengan Fretilin pertama kali terjadi di Suai, 27 Desember 1975. Pertempuran
terdahsyat terjadi di Baucau pada 18-29
September 1976. Walaupun TNI telah berhasil memasuki Dili pada awal Februari 1976, namun banyak
pertempuran-pertempuran kecil maupun besar yang terjadi di seluruh pelosok
Timor Timur antara Fretilin melawan pasukan TNI. Dalam pertempuran terakhir di Lospalos 1978, Fretilin mengalami kekalahan
telak dan 3.000 pasukannya menyerah setelah dikepung oleh TNI berhari-hari.
Operasi Seroja berakhir sepenuhnya pada tahun 1978 dengan hasil kekalahan
Fretilin dan pengintegrasian Timor Timur ke dalam wilayah NKRI. Selama operasi ini berlangsung, arus
pengungsian warga Timor Timur ke wilayah Indonesia mencapai angka 100.000
orang. Korban berjatuhan dari pihak militer dan sipil. Warga sipil banyak
digunakan sebagai tameng hidup oleh Fretilin sehingga korban yang berjatuhan
dari sipil pun cukup banyak. Pihak Indonesia juga dituding sering melakukan
pembantaian pada anggota Fretilin yang tertangkap selama Operasi Seroja
berlangsung.
Hanya sekitar tujuh jam, Minggu 7 Desember 1975, Kota
Dili dikuasai lewat operasi lintas udara (Linud) terbesar dalam sejarah ABRI.
Grup-1 Kopassandha dan Brigade-18/Linud Kostrad yang sebagian besar dari
Batalion-502/Raiders Jawa Timur itu, diterjunkan dari sembilan pesawat angkut
C-130B Hercules TNI AU.
Menjelang jam 05.00 WITA, BTP-5 (Batalion Tim Pendarat)/Infanteri Marinir, mengendap-endap di pantai Kampung Alor. Dengan dukungan tembakan kanon kapal perang TNI AL, BTP-5 mengawali rencana besar operasi perebutan Kota Dili, 7 Desember 1975. Operasi ini merupakan kelanjutan “Operasi Komodo” yang digelar Bakin awal 1975, untuk mengantisipasi makin keruhnya peta politik di Timor Loro Sae (Timor Negeri Matahari Terbit).
Euphoria politik yang berkepanjangan ini, memaksa Indonesia meningkatkan operasi menjadi operasi Sandhi Yudha (combat inteligence) terbatas dengan sandi “Operasi Flamboyan”. Operasi yang dipimpin Kolonel Dading Kalbuadi dengan inti pasukan pemukul operasi Grup-1 Para Komando/Kopassandha yang menempatkan Detasemen Tempur-2 (Denpur) di perbatasan sejak Oktober 1975 inilah, yang kemudian berubah ujud menjadi “Operasi Seroja”.
Perebutan Dili yang didahului operasi ampibi ini, diputuskan Menhankam/Pangab Jenderal TNI M Panggabean, 4 Desember di Kupang. Operasinya sendiri dilakukan melalui pertimbangan dan analisa lapangan setelah melihat pergerakan pasukan Fretilin. Bukan sepihak, ketegasan sikap Indonesia juga didasari keinginan rakyat Timor Portugal berintegrasi dengan Indonesia. Sikap yang diwakili empat partai Apodeti (Associacao Popular Democratica de Timor), UDT (Uniao Democratica de Timorense), KOTA (Klibur Oan Timor Aswain), dan Trabalista itu dikenal dengan Deklarasi Balibo, 30 Nopember 1975. Sikap yang sekaligus menandingi deklarasi berdirinya Republik Demokrasi Timor Timur secara sepihak oleh partai Fretilin (Fronte Revolucionaria de Timor Leste Independente), dua hari sebelumnya.
Sebelum
perebutan Dili, Fretilin sudah terlibat baku tembak dengan pasukan ABRI dalam
perebutan Benteng Batugade (7 Oktober). Alasan berikutnya, meningkatnya
pelanggaran perbatasan diselingi perampokkan ternak oleh Fretilin di Kabupaten
Belu, Nusa Tenggara Timur. Pelanggaran yang meningkat sejak Juni 1975 itu,
sering tertangkap basah oleh ABRI hingga menimbulkan tembak-menembak. Korban mulai
berjatuhan.
Lebih seru
lagi, sejak 1 Oktober, Komando Tugas Gabungan (Kogasgab) Operasi Seroja
mendeteksi keberadaan dua kapal perang kelas frigat AL Portugal di sekitar
Timor. Celakanya, 7 Desember pagi, kedua kapal tersebut justru merapat di lepas
pantai Dili. “Mereka buang jangkar lebih dekat ke pulau Atauro, karena di sana
bercokol pemerintahan pelarian Portugal dari Timor,” kata Hendro Subroto,
wartawan TVRI yang meliput saat itu. Entah kebetulan, di selat yang memisahkan
pulau Atauro dan pulau Alor ini, tiga formasi arrow Hercules satu formasi tiga
pesawat akan membuat manuver abeam (posisi pesawat 90 derajat terhadap suatu
check point di sisi kiri atau kanan pesawat).
Menjelang
berakhirnya tanggal 6 Desember 1975, di Lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, di
luar kebiasaan, ratusan pasukan berperalatan lengkap berseliweran. Sebagian
menyandang parasut T-10 buatan Amerika, separuh lagi senapan serbu AK-47 buatan
Soviet. Di apron, sembilan pesawat angkut berat C-130B Hercules Skadron 31,
siap terbang. Beberapa air crew menyempatkan melakukan pemeriksaan akhir
sebelum mengudara.
Kesembilan
pesawat ini tiba di Iswahyudi siang itu. Letkol Pnb. Suakadirul menuturkan,
perintah berangkat ke Iswahyudi diterimanya Jumat, 5 Desember, dari Kol. Pnb.
Susetyo, Komandan Satuan Tugas Udara Operasi Seroja. Isi perintah: usai shalat
Jumat, seluruh anggota Skadron 31 kembali ke tempat masing-masing. Tidak
seorangpun dibenarkan pulang. “Saya belum tahu kemana arah perintah itu. Tapi
saya bisa menduga dengan melihat perkembangan situasi di lapangan,” ingat
Marsda (Pur) Suakadirul.
Dalam
perintah rahasianya, Komandan Skadron 31 diminta menyiapkan 12 pesawat untuk
mengangkut satu batalion paratroops. “Jadi saya harus menyiapkan 12 set crew.
Pilot, co-pilot, navigator, engineer, radio telegrafis, load master dan
pembantunya. Jumlahnya sekitar 120 orang,” katanya. Kebetulan dua pesawatnya
dalam perawatan, hanya 10 pesawat bisa disiapkan. Dalam jajaran penerbangnya,
Suakadirul sengaja menempatkan dua penerbang senior Letkol Pnb. Siboen dan
Kol.Pnb. Suhardjo. “Sebagai panutan, lah.”
Maka, esok
harinya, sembilan Hercules bertolak dari Halim Perdanakusuma menuju Iswahyudi.
Tiga diantaranya mengangkut Kopassandha. Baru di Madiun lah, sorenya,
Suakadirul mendapat kejelasan bahwa akan dilakukan operasi pen-drop-an pasukan
di Dili. Untuk itu, armadanya akan mengangkut satu batalion pasukan payung.
“Satu pesawat memuat 100 orang,” jelas Hendro, wartawan yang meliput. Pada hari
yang sama di Timor, Batalion-403/Raiders Kostrad tiba di lepas pantai Tailaco
dengan LST KRI Teluk Bone. Sorenya, disusul BTP-5/Infantri Brigade-1/Pasrat
Marinir masuk LST untuk persiapan pendaratan ampibi di Dili jam 05.00 esok
harinya.
Tanggal 6
Desember, jam 23.50, flight leader Letkol Pnb. Suakadirul, memulai operasi
dengan menerbangkan Hercules T-1308. Berturut-turut, dipekatnya malam,
kedelapan pesawat meninggalkan landasan pacu Lanud Iswahyudi. Pesawat bergerak
ke arah Ponorogo, terus heading ke timur sambil menyusun formasi. Dalam
penerbangan antara Ponorogo dan Denpasar, sembilan pesawat mulai membentuk
formasi arrow dengan panduan exhaust dan lampu take off pesawat.
Sifat operasi pendadakan. Formasi sembilan Hercules ini diberi sandi Rajawali Flight. Untuk menjaga kerahasiaan, selama penerbangan diterapkan radio silence. Komunikasi antar penerbang dilakukan menggunakan morse. Pesawat terus naik hingga mencapai ketinggian 22.000 kaki dengan kecepatan 280 knot. Di utara Denpasar, leader mengirim morse ke Air Traffic Control (ATC) Bandara Ngurah Rai: Rajawali abeam Denpasar. Lewat Denpasar, Suakadirul kontak Lanud Penfui, Kupang, untuk menginformasikan posisi Rajawali flight pada beberapa check point ke Markas Komando Operasi Seroja di kapal tender kapal selam KRI Ratulangi.
T-1308 yang paling lambat terbangnya, dipilih sebagai flight leader agar pesawat lain sebagai wingman mudah menyesuaikan dalam terbang formasi. Bertindak sebagai wingman, Letkol Pnb. Sudjiharsono (kiri) dan Kol.Pnb.Suhardjo (kanan). Formasi arrow kedua, dua mil dibelakangnya, diterbangkan Letkol Pnb.Siboen (leader), Letkol Pnb.O H Wello (kiri), dan Letkol Pnb.Sukandar (kanan). Arrow ketiga dipimpin Letkol Pnb.Masulili dan Mayor Pnb.Achlid Muchlas/Mayor Pnb.Sudiyarso (kiri) serta Mayor Pnb.Murdowo (kanan).
Suakadirul
menggambarkan, suasana begitu senyap di pesawat. Desah nafas mereka mengeras,
maklum, operasi Linud pertama di Dili dan terbesar bagi Hercules sepanjang
sejarah ABRI. Menunggu tentu membosankan. Apalagi tujuan medan perang.
Perhitungannya, penerbangan ke Dili memakan waktu 4 jam 50 menit. Sementara
tiap pesawat membawa 42.000 pound avtur JP-4, yang cukup untuk penerbangan 10
jam 30 menit.
Garis
besarnya, operasi penerjunan untuk merebut Kota Dili dari Fretilin dilakukan
dalam tiga sortie. Sortie pertama dengan sasaran Dili, akan diterjunkan Grup-1
Kopassandha dipimpin Letkol (Inf) Soegito dan Batalion Infantri Linud 501 di
bawah komando Letkol (Inf) Matrodji. Sortie kedua, dari Lanud Penfui, Kupang,
menyusul Batalion 502 di bawah Mayor (Inf) Warsito dengan target Komoro. Khusus
Baret Merah, dalam operasi ini dipelopori Denpur-1, disebut juga Nanggala-5, di
bawah komandan Mayor (Inf) Atang Sutisna. Sortie ketiga, direncanakan juga dari
Kupang.
Letkol
Soegito membagi Nanggala-5 ke dalam tiga tim. Tim-A dipimpin Mayor Atang
Sutisna, melaksanakan perebutan kantor gubernur. Tim-B dipimpin Lettu Atang
Sanjaya, merebut pelabuhan Dili. Sedang Tim-C dipimpin Lettu Luhut Panjaitan,
merebut lapangan terbang Dili. Ketiga tim disebar ke dalam empat Hercules
terdepan, dengan perhitungan jika salah satu pesawat mengalami gangguan atau
tertembak, tim bisa berharap pada pesawat berikutnya. Artinya, operasi harus
tetap jalan.
Pasukan
sortie kedua dan ketiga yang akan diberangkatkan dari Kupang, berasal dari
Jakarta dan Jawa Timur. Karena terbatasnya kemampuan TNI AU dalam mendukung
angkutan udara, pengiriman pasukan ke Kupang diputuskan menggunakan pesawat
Garuda Indonesian Airways. Garuda menjembatani pengiriman pasukan dari Halim
Perdanakusuma dan Iswahyudi menggunakan 17 F-28 dan empat F-27 Friendship.
Operasi jembatan udara ini dipimpin langsung direktur utamanya Wiweko Supono.
Untuk
mempertahankan pendadakan, tentu tidak sekadar mengandalkan pemahaman
topografi. Serangan udara juga berperan. Perebutan Irian Barat memperoleh
keunggulan di udara, karena didukung pesawat tempur. Pesawat pembom dan
angkutnya, juga mendapat close air support. Sebaliknya, untuk Dili, bantuan tembakan
udara (BTU) justru masalah. Ini disebabkan seluruh pesawat P-51 Mustang Skadron
3/Tempur Taktis dinyatakan grounded, setelah kecelakaan beruntun menewaskan,
diantaranya, Mayor Pnb Sriyono. Sedangkan pesawat latih lanjut T-33 T-Bird
(versi militernya Shooting Star) dan F-86 Sabre bantuan Australia, belum
dipersenjatai. Dari tujuh bomber B-26 Invader Skadron 2/Pembom Taktis, hanya
dua yang serviceable. Penerbang pesawat peninggalan PD II inipun, hanya dua
orang yang masih berkualifikasi. Yaitu Letkol Pnb Danendra (Danlanud Penfui)
dan Mayor Pnb Soemarsono, yang ditarik kembali dari Pelita Air Service.
Pentingnya
BTU sangat disadari Amerika ketika di palagan Vietnam. Tidak heran kemudian,
Jenderal USAF John P McConnel mengusulkan modifikasi C-47 menjadi gunship untuk
mendukung bantuan tembakan udara. Dakota itu kemudian populer dengan sebutan
Gooney Bird. Sebutannya pun diganti menjadi AC-47 mulanya FC-47. Pesawat yang
dilengkapi tiga senapan mesin kaliber 7,62 mm di sisi, selama perang Vietnam
digunakan USAF sebanyak 20 pesawat di samping AC-130 Spectre Gunship.
Terinspirasi
oleh kepopuleran gunship ini, dua pesawat C-47 Dakota Skadron 2/Angkut Ringan
TNI AU, dibedah menjadi AC-47 gunship. Mekanik dan teknisi Depopesbang 10
Bandung, menjejali dengan tiga senapan mesin kaliber 0,50 mm. Untuk mengenal
medan, ujicoba penembakan dilakukan di sepanjang perbatasan Timor Portugal
bulan September 1975. Jadilah dua B-26 dan dua AC-47, direncanakan memberikan
BTU dalam mendukung operasi Linud 7 Desember.
BAB IV
KESIMPULAN
Revolusi Bunga di Portugal dan Gubernur terakhir Portugal di Timor Leste, Lemos Pires, tidak mendapatkan jawaban dari
Pemerintah Pusat di Portugal untuk mengirimkan bala bantuan ke Timor Leste yang
sedang terjadi perang saudara, maka Lemos Pires memerintahkan untuk
menarik tentara Portugis yang sedang bertahan di Timor Leste untuk mengevakuasi
ke Pulau Kambing atau dikenal dengan Pulau
Atauro. Setelah itu FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan
mendeklarasikan Timor Leste sebagai Republik Demokratik Timor Leste pada
tanggal 28 November 1975. Fretilin melakukan pembantaian terhadap sekitar
60.000 penduduk sipil (sebagian besarnya adalah pendukung faksi integrasi
dengan Indonesia).
Indonesia menggunskan satu
operasi yang di kenal dengan Operasi Seroja adalah sandi untuk invasi Indonesia ke Timor Timur yang dimulai pada tanggal 7 Desember 1975. Pihak Indonesia menyerbu Timor Timur karena adanya desakan Amerika Serikat
dan Australia yang
menginginkan agar Fretilin yang
berpaham komunisme tidak
berkuasa di Timor Timur.
Selain itu, serbuan Indonesia ke Timor Timur juga karena adanya kehendak dari
sebagian rakyat Timor Timur yang ingin bersatu dengan Indonesia atas alasan etnik dan sejarah.
BalasHapusBUTUH ANGKA JITU DAN AKURAT YANG BISA ANDA MENANGKAN HARI INI INGIN MERASAKAN KEMENANGAN DI DALAM BERMAIN TOGEL JAMIN 100% KARNA ANGKA RITUAL AKI MANGKUBONO -0852-0333-3887
Assalamualaikum... Maaf ya SOBAT saya mau jujur bahwa awalnya saya hanya mencoba-coba bermain togel karna saya terlilit hutang yang sangat banyak sekitar Rp 235 juta karna hutang saya banyak akhirnya saya mencari jalan pintas meskipun itu dilarang agama islam apa boleh buat nasi sudah jadi bubur dan akhirnya saya menemukan seorang dukun yang bisa membantu saya melalui jalan togel dengan lantaran bantuan MBAH WIRANG kehidupan saya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya karna itu semua berkat bantuan MBAH WIRANG dengan waktu yang singkat saya sudah membuktikan namanya keajaiban satu hari bisa merubah hidup kita menjadi kaya, buktinya angka pemberian MBAH 4D nya pada tanggal 23/10/2016 yaitu 9512 tembus alhamdulillah saya menang sebanyak Rp.480 juta dan alhamdulillah semua hutang-hutang saya sudah bisa terlunasih juga... Mungkin saudara/saudari diluar sana lagi butuh angka togel 2D|3D|4D silahkan konsultasi atau minta bantuan dengan MBAH WIRANG jangan takut anda bisa hubungi di nomer ( 082346667564 / +6282346667564 )
HapusTetap Semangat Semua Permasalahan Pasti Ada Jalan KeluarNya...
blog lu ke celsian jelek
BalasHapussetelah saya baca sampai akhir ternyata saya tidak membaca nya
BalasHapus