PERANG SALIB
Ø
Permasalahan
a)
Apa penyebab terjadinya
perang salib ?
b)
Bagaimana kronologi
terjadinya perang salib ?
c)
Apa kondisi yang terjadi
pasca perang salib ?
Ø
Pembahasan
A.
Penyebab Langsung
Penyebab langsung dari Perang Salib Pertama adalah permohonan Kaisar Alexius I kepada Paus Urbanus II untuk
menolong Kekaisaran Byzantium dan menahan
laju invasi tentara Muslim ke dalam
wilayah kekaisaran tersebut.[11][12] Hal ini
dilakukan karena sebelumnya pada tahun 1071, Kekaisaran Byzantium telah
dikalahkan oleh pasukan Seljuk yang dipimpin oleh Sulthan Alp Arselan di Pertempuran Manzikert, yang hanya berkekuatan 15.000 prajurit, dalam
peristiwa ini berhasil mengalahkan tentara Romawi yang berjumlah 40.000 orang,
terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Dan
kekalahan ini berujung kepada dikuasainya hampir seluruh wilayah Asia Kecil (Turki
modern). Meskipun Pertentangan Timur-Barat sedang berlangsung antara gereja Katolik Barat dengan gereja Ortodoks Timur, Alexius I
mengharapkan respon yang positif atas permohonannya. Bagaimanapun, respon yang
didapat amat besar dan hanya sedikit bermanfaat bagi Alexius I. Paus
menyeru bagi kekuatan invasi yang besar bukan saja untuk mempertahankan
Kekaisaran Byzantium, akan
tetapi untuk merebut kembali Yerusalem, setelah
Dinasti Seljuk dapat merebut Baitul Maqdis pada tahun
1078 dari kekuasaan dinasti Fatimiyah yang berkedudukan di Mesir. Umat Kristen merasa tidak lagi
bebas beribadah sejak Dinasti Seljuk menguasai Baitul Maqdis.
Ketika Perang Salib Pertama didengungkan pada 27 November 1095[13], para
pangeran Kristen dari Iberia sedang bertempur untuk keluar dari
pegunungan Galicia dan Asturia, wilayah Basque dan Navarre, dengan
tingkat keberhasilan yang tinggi, selama seratus tahun. Kejatuhan bangsa Moor Toledo kepada Kerajaan León pada tahun
1085 adalah kemenangan yang besar. Ketidakbersatuan penguasa-penguasa Muslim
merupakan faktor yang penting dan kaum Kristen yang meninggalkan para wanitanya
di garis belakang amat sulit untuk dikalahkan. Mereka tidak mengenal hal lain
selain bertempur. Mereka tidak memiliki taman-taman atau perpustakaan untuk
dipertahankan. Para ksatria Kristen ini merasa bahwa mereka bertempur di
lingkungan asing yang dipenuhi oleh orang kafir sehingga mereka dapat berbuat dan
merusak sekehendak hatinya. Seluruh faktor ini kemudian akan dimainkan kembali
di lapangan pertempuran di Timur. Ahli sejarah Spanyol melihat
bahwa Reconquista adalah
kekuatan besar dari karakter Castilia, dengan
perasaan bahwa kebaikan yang tertinggi adalah mati dalam pertempuran
mempertahankan ke-Kristen-an suatu Negara.
1. Perang Salib I
Pada musim semi tahun 1095 M,
150.000 orang Eropa,
sebagian besar bangsa Perancis dan Norman[14],
berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke Palestina. Tentara
Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond ini
memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil
menaklukkan Nicea
dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa).
Di sini mereka mendirikan County Edessa dengan Baldwin sebagai
raja. Pada tahun yang sama mereka dapat menguasai Antiokhia dan
mendirikan Kepangeranan Antiokhia di Timur, Bohemond
dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Baitul
Maqdis (Yerusalem) pada 15 Juli 1099 M[15]
dan mendirikan Kerajaan Yerusalem dengan rajanya, Godfrey.
Setelah penaklukan Baitul Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan ekspansinya.
Mereka menguasai kota Akka
(1104 M), Tripoli
(1109 M) dan kota Tyre
(1124 M). Di Tripoli
mereka mendirikan County Tripoli, rajanya adalah Raymond.
Selanjutnya, Syeikh Imaduddin
Zengi pada tahun 1144 M, penguasa Mosul dan Irak, berhasil
menaklukkan kembali Aleppo,
Hamimah, dan Edessa.
Namun ia wafat tahun 1146 M. Tugasnya dilanjutkan oleh puteranya, Syeikh Nuruddin
Zengi. Syeikh Nuruddin berhasil merebut kembali Antiokhia
pada tahun 1149 M dan pada tahun 1151 M, seluruh Edessa dapat direbut kembali.
2. Perang Salib II
Kejatuhan County Edessa ini
menyebabkan orang-orang Kristen mengobarkan Perang Salib kedua.[16][17]
Paus Eugenius III menyampaikan perang suci yang
disambut positif oleh raja Perancis Louis VII dan raja Jerman Conrad II. Keduanya
memimpin pasukan Salib untuk merebut wilayah Kristen di Syria. Akan tetapi,
gerak maju mereka dihambat oleh Syeikh Nuruddin Zengi. Mereka tidak berhasil
memasuki Damaskus.
Louis VII dan Conrad II sendiri melarikan diri pulang ke negerinya. Syeikh
Nuruddin wafat tahun 1174 M. Pimpinan perang kemudian dipegang oleh Sultan Shalahuddin al-Ayyubi yang berhasil
mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir tahun 1175 M,
setelah berhasil mencegah pasukan salib untuk menguasai Mesir. Hasil peperangan
Shalahuddin yang terbesar adalah merebut kembali Yerusalem
pada tahun 1187 M, setelah beberapa bulan sebelumnya dalam Pertempuran Hittin, Shalahuddin berhasil
mengalahkan pasukan gabungan County Tripoli dan Kerajaan Yerusalaem melalui
taktik penguasaan daerah. Dengan demikian berakhirlah Kerajaan Latin di
Yerussalem yang berlangsung selama 88 tahun berakhir. Sehabis Yerusalem,
tinggal Tirus merupakan kota besar Kerajaan Yerusalem yang
tersisa. Tirus yang saat itu dipimpin oleh Conrad dari Montferrat
berhasil sukses dari pengepungan yang dilakukan Shalahuddin sebanyak dua kali.
Shalahuddin kemudian mundur dan menaklukan kota lain, seperti Arsuf dan Jaffa.
3. Perang Salib III
Jatuhnya Yerussalem ke tangan
kaum Muslim
sangat memukul perasaan Tentara Salib. Mereka pun menyusun rencana balasan.
Selanjutnya, Tentara Salib dipimpin oleh Frederick Barbarossa raja Jerman, Richard si Hati Singa raja Inggris, dan Philip Augustus raja Perancis
memunculkan Perang Salib III.[18]
Pasukan ini bergerak pada tahun 1189 M dengan dua jalur berbeda. Pasukan
Richard dan Philip melalui jalur laut dan pasukan Barbarossa - saat itu
merupakan yang terbanyak di Eropa - melalui jalur darat, melewati
Konstantinopel. Namun, Barbarossa meninggal di daerah Cilicia karena
tenggelam di sungai, sehingga menyisakan Richard dan Philip. Sebelum menuju
Tanah Suci, Richard dan Philip sempat menguasai Siprus dan
mendirikan Kerajaan Siprus. Meskipun
mendapat tantangan berat dari Shalahuddin, namun mereka berhasil merebut Akka yang kemudian
dijadikan ibu kota kerajaan Latin. Philip kemudian balik ke Perancis untuk
"menyelesaikan" masalah kekuasaan di Perancis dan hanya tinggal
Richard yang melanjutkan Perang Salib III. Richard tidak mampu memasuki Palestina
lebih jauh, meski bisa beberapa kali mengalahkan Shalahuddin. Pada tanggal 2
Nopember 1192 M, dibuat perjanjian antara Tentara Salib dengan Shalahuddin yang
disebut dengan Shulh al-Ramlah.
Dalam perjanjian ini disebutkan bahwa orang-orang Kristen yang pergi berziarah
ke Baitul
Maqdis tidak akan diganggu
4. Perang Salib IV
Pada tahun 1219 M, meletus
kembali peperangan yang dikenal dengan Perang Salib periode keenam, dimana
tentara Kristen dipimpin oleh raja Jerman, Frederik II, mereka berusaha
merebut Mesir
lebih dahulu sebelum ke Palestina, dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Koptik. Dalam serangan
tersebut, mereka berhasil menduduki Dimyath, raja Mesir dari Dinasti
Ayyubiyah waktu itu, al-Malik al-Kamil,
membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain Frederick bersedia
melepaskan Dimyath, sementara al-Malik al-Kamil melepaskan Palestina, Frederick
menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick tidak mengirim bantuan
kepada Kristen
di Syria. Dalam
perkembangan berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin
tahun 1247 M, pada masa pemerintahan al-Malik al-Shalih,
penguasa Mesir selanjutnya.
Ketika Mesir dikuasai oleh Dinasti Mamalik
yang menggantikan posisi Dinasti Ayyubiyyah, pimpinan perang dipegang
oleh Baibars, Qalawun, dan Syaikhul Islam Ibnu
Taimiyyah. Pada masa merekalah Akka dapat direbut kembali oleh kaum Muslim tahun 1291 M.
Demikianlah Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di
Barat, di Spanyol,
sampai umat Islam
terusir dari sana.
5.
Perang Salib
V
Belum genap mencapai tiga tahun,
Kaisar Innocent III menyatakan secara tegas berkobarnya perang salib ke lima
setelah berhasil rnenyusun kekuatan miliier. Jenderal Richard di lnggris
menolak keras untuk bergabung dalam pasukan salib ini, sedang mayoritas
penguasa Eropa lainnya menyarnbut gembira seruan perang tersebut. Pada
kesempatan ini pasukan salib yang bergerak menuju Syria tiba-tiba mereka
membelokkan geiakannya menuju Konstantinopel. Begitu tiba di kota ini, mereka
membantai ribuan bangsa romawi baik laki-laki maupun perempuan secara bengis
dan kejam. pembantai ini berlangsung dalam beberapa hari. Jadi pasukan muslim
sama sekali tidak mengalami kerugian karena tidak terlibat dalam peristiwa ini.
6.
Perang Salib
VI
Pada tahun 613 H/1216M, Innocent
III mengobarkan propaganda perang salib ke enam. 250.000 pasukan salib,
mayoritas Jerman, mendarat di Syria. Mereka terserang wabah penyakit di wilayah
pantai Syria hingga kekuatan pasukan tinggal tersisa sebagian. Mereka kemudian
bergerak menuju Mesir dan kemudian mengepung kota Dimyat. Dari 70.000 personil,
pasukan salib berkurang lagi hingga tinggal 3.000 pasukan yang tahan dari serangkaian
wabah penyakit. Bersamaan dengin ini, datang tambahan pasukan yang berasal dari
perancis yang bergerak menuju Kairo. Narnun akibat serangan pasukan muslim yang
terus-menerus, mereka men jadi terdesak dan terpaksa rnenempuh jalan damai.
Antara keduanya tercapai kesepakatan damai dengan syarat bahwa pasukan salib
harus segera meninggalkan kota Dimyat
7.
Perang Salib VII (1249)
Inisiatif untuk Perang Salib ini
diambil oleh Raja Louis IX dari Prancis. sekali lagi, strateginya adalah untuk
menyerang Mesir dan dijadikan tawaran untuk Palestina. Prajurit Salib dengan
cepat mampu mengambil alih Damietta tapi harus membayar mahal ketika mengambil
alih Kairo.
Serangan balasan Muslim berhasil
menangkap Louis IX. Dia kemudian dibebaskan setelah setuju untuk mengembalikan
Damietta dan membayar uang tebusan. Setelah itu Louis IX tetap di Timur
beberapa tahun untuk bernegosiasi mengenai pelepasan tawanan dan mengkokohkan kekristenan
di wilayah tersebut.
8.
Perang Salib VIII (1270)
Perang Salib terakhir juga
dipimpin oleh Louis IX. Di tahun-tahun kemudian, perubahan di dunia Muslim
mengakibatkan munculnya sejumlah serangan baru ke wilayah Kristen di Tanah
Kudus. Warga lokal meminta bantuan militer pada Barat, tapi cuma sedikit bangsa
Eropa yang tertarik untuk melakukan kampanye besar. Satu orang yang sekali lagi
mau memanggul beban adalah Louis IX. Namun kampanye yang dia lakukan kali ini
mencapai kurang dari apa yang dicapai sebelumnya bagi Kerajaan Yerusalem.
Tidak diketahui mengapa, tapi
Tunisia di Afrika Utara dijadikan sasaran awal. Setelah disana, wabah peyakit
mengambil nyawa banyak orang, termasuk Louis serta saudaranya, Charles Anjou,
tiba dengan kapal-kapal Sisilia dan berhasil mengungsikan sisa tentara.
Meskipun ini adalah Perang Salib terakhir, ini bukanlah ekspidisi militer terakhir yang bisa disebut sebagai Perang Salib. Kampanya terus diserukan atas berbagai sasaran (bukan hanya Muslim) oleh Prajurit Salib-orang yang berkaul untuk melakukan perang.
Meskipun ini adalah Perang Salib terakhir, ini bukanlah ekspidisi militer terakhir yang bisa disebut sebagai Perang Salib. Kampanya terus diserukan atas berbagai sasaran (bukan hanya Muslim) oleh Prajurit Salib-orang yang berkaul untuk melakukan perang.
Umat Kristen di Palestina ditinggalkan tanpa bantuan lebih lanjut. Meskipun mengalami kekalahan terus menerus, Kerajaan Yerusalem tetap bertahan sampai 1291, ketika akhirnya musnah. Umat Kristen masih tetap hidup di daerah tersebut bahkan setelah kejatuhan Kerajaan Yerusalem
B. Kondisi Sesudah Perang Salib
Perang Salib Pertama melepaskan gelombang
semangat perasaan paling suci sendiri yang diekspresikan dengan pembantaian
terhadap orang-orang Yahudi yang menyertai pergerakan tentara Salib melintasi Eropa dan juga
perlakuan kasar terhadap pemeluk Kristen
Ortodoks Timur.
Kekerasan terhadap Kristen Ortodoks ini berpuncak pada penjarahan kota Konstantinopel
pada tahun 1024, dimana seluruh kekuatan tentara Salib ikut serta. Selama
terjadinya serangan-serangan terhadap orang Yahudi, pendeta lokal dan orang
Kristen berupaya melindungi orang Yahudi dari pasukan Salib yang melintas.
Orang Yahudi seringkali diberikan perlindungan di dalam gereja atau bangunan
Kristen lainnya, akan tetapi, massa yang beringas selalu menerobos masuk dan
membunuh mereka tanpa pandang bulu.
Pada abad ke-13, perang salib
tidak pernah mencapai tingkat kepopuleran yang tinggi di masyarakat. Sesudah
kota Akka jatuh
untuk terakhir kalinya pada tahun 1291 dan sesudah penghancuran bangsa Ositania (Perancis
Selatan) yang berpaham Katarisme pada Perang Salib Albigensian, ide perang salib
mengalami kemerosotan nilai yang diakibatkan oleh pembenaran lembaga Kepausan
terhadap agresi politik dan wilayah yang terjadi di Katolik Eropa.
Orde Ksatria Salib
mempertahankan wilayah adalah orde Ksatria Hospitaller. Sesudah kejatuhan Akka
yang terakhir, orde ini menguasai Pulau
Rhodes dan pada abad ke-16 dibuang ke Malta. Tentara-tentara
Salib yang terakhir ini akhirnya dibubarkan oleh Napoleon Bonaparte pada tahun 1798.
Ø Kesimpulan
Yerusalem bagi bayak ahli sejarah dilihat sebagai
faktor yang cukup dominan dalam penggagasan perang salib, namun kelihatanya
cukup sepele dan sederhana kalau upaya pengamanan peziarah yang dikedepankan
dalam menggagas perang salib tersebut terutama jika dibandingkan dengan
pengorbanan daya dan dana yang dibutuhkan untuk ekspedisi militer pada waktu
itu. Saya lebih melihat bahwa isu Yerusalem dijadikan pemicu semangat para
tentara salib sementara faktor penentu dalam hal ini adalah murni politik yakni
upaya pembentengan diri dari ancaman yang sudah semakin mendekati jantung
kekuasaan Eropa disatu sisi dan disisi lain adalah interes internal politik
gereja (katolik) untuk menyatukan negara-negara kristen katolik yang pada saat
itu tengah berperang. Sehingga perang salib digunakan sebagai alat untuk
menyatukan gereja kristen barat (Roma) dan timur (konstantinopel).
Isu agama yang kedua namun sentral adalah simbol
salib. Salib dijadikan simbol utama yang mewarnai seluruh ekspedisi militer
berdarah tersebut tidak lain untuk membangkitkan semangat tentara salib untuk
menjalankan tugas yang hampir tidak masuk akal tersebut jika melihat kondisi
infrastruktur dan jarak antara Eropa dan timur tengah dewasa itu demikian
halnya jika memperhatikan kekuatan Islam pada waktu itu. Untuk membangkitkan
semangat para tentara salib supaya banyak orang Kristen bersedia ikut dalam barisan
militer salib, maka Paus mengeluarkan surat penghapusan dosa bagi para tentara
yang ikut berperang dengan menjanjikan keselamatan bagi mereka jika mereka mati
syahid dalam pertempuran salib.
Salib yang dalam pemahaman iman Kristen adalah simbol perdamaian, dimana melalui Salib Yesus
Kristus telah mengorbankan diriNya untuk perdamaian dunia, Salib juga merupakan
simbol kehidupan, dimana Yesus Kristus telah mati di Kayu Salib agar supaya
manusia dapat memiliki hidup yang berharkat dan bermartabat. Simbol ini telah
disalahgunakan bahkan dihianati oleh para pemimpin gereja Katolik . Salib telah
dibalikkan menjadi simbol peperangan, penindasan manusia, kematian bahkan
penghancuran kehidupan yang dibela oleh Kristus sendiri.
Tidak dapat disangkal bahwa warna kelam dari peristiwa tragedi kemanusiaan yang
berkepanjangan ini telah memberi kontribusi yang cukup dominan dalam kelanjutan
hubungan dan perjumpaan pengikut kedua agama besar ini di dunia
Ø Daftar Pustaka
http://Perang%20Salib/Perang%20Salib%20%20Tinjauan%20Historis%20dari%20Prespektif%20Kristen.htm
http://Perang
Salib/PERANG SALIB « Filsafat Berfikir.htm
bloger aq lom rapih dan masih bingung
BalasHapus